Masih ingat Kawasaki Ninja 250 turbocharged versi naked bike bikinan M.Firsal, juragan Pro-Boost? Kali ini, Firsal ‘berulah’ lagi dengan proyek ke-2 yang lebih sadis. Bedanya, Kawasaki Ninja 250 yang sekarang berwujud full fairing. Uniknya lagi, Firsal tak melakukan aksi bobok fairing sama sekali.
Ini lantaran permintaan Steven, sang pemilik yang menginginkan motor
tampil sleeper. “Dari luar tak terlihat memakai turbocharger, tetapi
bisa dikenali lewat suara bersuit saat motor digeber,” urainya di markas
besar Pro-Boost beberapa waktu lalu.
RACIKAN FORMULA ANYAR
Buat Firsal, ini jelas tantangan sekaligus ajang untuk mengasah
ketrampilan merakit turbo di Kawasaki Ninja 250. “Pada versi pertama,
jelas tak ada kendala karena motor dibiarkan naked dan memang hanya
untuk performa,” terangnya. Tetapi, proyek keduanya ini ada embel-embel
contest bike. Artinya, pemilik motor ingin tampilan yang rapi dan layak
ikut kontes.
Tak heran bila riset dan modifikasi yang dilakukan bisa 2 kali lipat
dalam hal biaya dan waktu. Bila proyek pertama hanya menghabiskan dana
sekitar Rp 15 juta, motor Steven kali ini bisa habis biaya antara Rp
25-30 juta. Ini lantaran banyak mengaplikasi parts dan pernik untuk
mobil dan moge.
Pernik seperti turbo timer APEXi, blow-off valve HKS, boost meter Auto
Gauge, electric fuel pump Bosch, karburator Daihatsu hingga perangkat
lambda sensor terlihat menempel rapi. Dan semuanya dicomot dari mobil.
Karburator Daihatsu? Yup, Firsal masih kepincut dengan karburator mobil
untuk proyeknya.
Sementara komponen moge bisa terlihat dari sepasang pelek Cagiva Mito,
rem Nissin copotan Honda CBR1000 serta handel dan master rem atas Suzuki
GSX1000R. “Saya ngeri kalau rem nggak dibagusin, ntar malah nyender
tembok,” kelakar Steven yang berkaca mata minus ini.
Proses pemasangannya sendiri bisa memakan waktu sebulan karena Firsal
kudu putar otak supaya tak perlu melubangi salah satu bagian dari
fairing. Mulai dari pemilihan turbocharger, piping hingga peranti
pemasok bahan bakar kudu terpasang sempurna tanpa merusak fairing.
Mau tak mau beberapa perangkat harus ditiadakan. “Kali ini saya nggak
pasang intercooler karena alasan ringkas tadi,” jelas Firsal. Menurutnya
masih masuk akal lantaran boost maksimal hanya 0,8 bar sehingga tanpa
intercooler pun masih bisa ditolerir. Pendinginan mesin pun jadi lebih
baik karena radiator aluminium buatannya, tak terhalang intercooler.
Wokelah kalau beg..beg..begitu!
Wokelah kalau beg..beg..begitu!
Paling krusial adalah menempatkan karburator Daihatsu Charade 1000 yang
dianggap paling ideal menggantikan sepasang karbu vakum aslinya.
Lantaran posisi yang down draught, memaksa Firsal untuk sedikit mencoak
alias membobok bagian dasar tangki bahan bakar.
Proses ini saja membutuhkan waktu seminggu untuk memastikan tangki
bahan bakar tidak bocor. Lanjut ke bagian fuel supply lainnya adalah
pemilihan dan pemasangan pompa bahan bakar. Kawasaki Ninja 250 yang
tidak dilengkapi fuel pump, kini harus pakai model electric fuel pump
agar bensin tetap bisa terdorong ke karburator saat mendapat boost.
Pilihan jatuh ke produk Bosch yang lazim dipakai Mercedes-Benz 300E.
Pilihan jatuh ke produk Bosch yang lazim dipakai Mercedes-Benz 300E.
“Mudah didapat dan bisa menyembur hingga 5 bar,” tutur Firsal. Untuk
itu, mekanik yang biasa menangani besutan balap bermesin turbo ini
menambahkan peranti fuel pressure regulator versi adjustable.
Produk buatan Italia bermerek Malpassi yang banyak diandalkan mobil
drag race ini, ikut mendekam di balik tangki bahan bakar. “Pada bagian
ini agak sensitif karena setelan pressure harus benar-benar pas supaya
bensin tidak terhempas balik ke tangki saat boost maksimal pada 0,8
bar,” terang Firsal.
Bicara boost maksimal, sengaja Firsal hanya memperbolehkan tekanan
udara turbo tak lebih dari 0,8 bar lewat pemasangan blow-off valve
buatan HKS. Lewat dari itu, mesin bisa jebluk. Ini untuk menjaga agar
hembusan angin dari rumah keong Mitsubishi TD02 tidak berlebihan.
Piping berbahan stainles steel pun dibuat ringkas dalam artian tidak
panjang agar hembusan angin tetap padat hingga ke mulut airbox yang
terletak di atas karburator. “Racikan ini menjadikan motor tetap smooth
saat turbocharger bekerja sehingga tetap enak dipakai harian,” seloroh
Firsal puas.
Meski lag tetap terjadi pada rpm tertentu, tetapi tak membuat roda
belakang alias buritan motor geol-geol. Ini yang dirasakan pada motor
Steven saat dicoba di jalan raya. Stasioner pun bisa lebih baik
selayaknya motor standar karena permainan jetting yang pas di
karburator.
Sayangnya, motor tak sempat diuji coba ke atas dyno bench sehingga
performa maksimal Ninja berkelir putih dengan stripping merah hitam ini
belum bisa ketahuan. Apakah bisa menyaingi Kawasaki Ninja 250
turbocharged versi injection berkelir hijau milik Detri atau tidak.
Kita tunggu saja!
TIPS & TRICK:
TURBO TIMER
TURBO TIMER
Pengamanan saat turbo bekerja sudah diselesaikan dengan baik. Tinggal
membuat pengaman untuk turbo setelah bekerja. Maksudnya, peranti turbo
timer buatan APEXi ini akan bekerja saat mesin dimatikan. “Mesin dan
turbo tak langsung berhenti sehingga pelumasan untuk proses cooling down
bisa maksimal,” jelas Steven.
Turbo timer tadi secara tidak langsung ikut membantu kinerja radiator
aluminium setebal 2-ply dan oil cooler untuk mendinginkan mesin secara
signifikan. Harap maklum, mesin yang ketempelan turbocharger memiliki
range suhu kerja mesin di atas rata-rata. “Tanpa turbo timer, mesin dan
turbo tak bisa tahan lama,” papar Firsal yang juga lagi bikin Corolla
retro bermesin turbo ini.
Pro-Boost (021-40905260)
DATA SPESIFIKASI:
Turbocharger: Mitsubishi TD02
Karburator: Charade 1.000 cc (Pilot: 92, Main: 115)
Pompa bensin: Electric (Bosch)
Fuel Pressure Regulator: Customized (Malpassi)
Blow-off valve: HKS ‘Super SQV’
Radiator: Custom made aluminium (2-ply)
Knalpot: Yoshimura Carbonfibre (2 buah)
Footpeg: Billet aluminium (Nui)
Rem: Nissin double-disc Cagiva Mito 125(depan)
Kaliper rem: Suzuki GSX1000R
Stabilizer stang: Inkubisc
Turbo timer: Apex-i
Spidometer: Koso RX-2
Boost meter: Auto gauge
Handel rem: Honda CBR1000
Carbon body kit: A-Tech Carbon System
Pelek: Cagiva Mito 125
Gear sprocket: Cagiva Mito 43 gigi
Lampu utama: Proyektor (Honda Odyssey)
Body belakang: Custom fit (Yamaha R1)
Pro-Boost (021-40905260)
DATA SPESIFIKASI:
Turbocharger: Mitsubishi TD02
Karburator: Charade 1.000 cc (Pilot: 92, Main: 115)
Pompa bensin: Electric (Bosch)
Fuel Pressure Regulator: Customized (Malpassi)
Blow-off valve: HKS ‘Super SQV’
Radiator: Custom made aluminium (2-ply)
Knalpot: Yoshimura Carbonfibre (2 buah)
Footpeg: Billet aluminium (Nui)
Rem: Nissin double-disc Cagiva Mito 125(depan)
Kaliper rem: Suzuki GSX1000R
Stabilizer stang: Inkubisc
Turbo timer: Apex-i
Spidometer: Koso RX-2
Boost meter: Auto gauge
Handel rem: Honda CBR1000
Carbon body kit: A-Tech Carbon System
Pelek: Cagiva Mito 125
Gear sprocket: Cagiva Mito 43 gigi
Lampu utama: Proyektor (Honda Odyssey)
Body belakang: Custom fit (Yamaha R1)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar