Bore-up Yamaha Byson sampai 200 cc sudah
biasa, banyak yang bikin. Makanya Putu Putra Sadana, SIK, MHum, MM,
ingin yang luar biasa, hingga 225 cc! Wuih mantap banget Bos. Pria yang
menjabat sebagai Komisaris Polisi (Kompol) di Divisi Hubungan
Internasional Mabes Polri ini memang selalu ingin tampil beda dari yang
lain.
Seperti apa ubahan terbaru di motor milik pria yang biasa disapa Bang Putu yang juga tergabung dalam Byonic (Byson Yamaha Owner Indonesia Club) ini? Oh iya bore-up yang diserahkan pada Romi Rozet dari bengkel Nesco di Jl. H. Asmawi No. 65, Beji, Depok, Jabar.
Tak hanya performa yang di-upgrade oleh Bang Putu, bodi dan kaki-kaki pun mengalami ubahan. Pertama kaki-kaki diperkekar, swing arm standar digusur limbah Suzuki GSX-750 yang memang terlihat lebih macho. Nah di tengahnya bertengger pelek lokal dengan lebar 4,5 inci, 1 inci lebih lebar dibanding standar.
Selanjutnya pengereman di-upgrade jadi cakram, piringan andalkan Zox yang bibirnya bergelombang, kaliper cukup Nissin. Untuk depan pelek pun lebih lebar (3 inci), cakramnya juga model bergelombang bikinan Zox. Makin mantap dengan kaliper 4 piston dari Brembo.
Gimana dengan bodi? Sektor belakang dirombak ala buntut Ninja 250R, pipih dan lebar dan jadi double seater. Lanjut ke depan, shroud-nya didesain ulang mirip milik V-Ixion. Hanya saja lebih panjang ke bawah. Untuk air scoop modelnya bersusun. “Gabungan dari beberapa desain, disatukan cari yang serasi,” papar Bang Putu.
Finishing keseluruhan dicat kuning, dan diberi stiker kombinasi hitam dan karbon di sepatbor depan, sayap dan tangki. Pengerjaan bagian ini diserahkan pada Evnu Prastowo, dari Thole Motor di Kemayoran, Jakpus.
Seperti apa ubahan terbaru di motor milik pria yang biasa disapa Bang Putu yang juga tergabung dalam Byonic (Byson Yamaha Owner Indonesia Club) ini? Oh iya bore-up yang diserahkan pada Romi Rozet dari bengkel Nesco di Jl. H. Asmawi No. 65, Beji, Depok, Jabar.
“Pakai piston Yamaha Scorpio,” terang Abi Redblack, nama tenar Romi.
Yang sudah-sudah hanya pakai piston Honda Tiger (63,5 mm). Jika dihitung
pakai rumus volume, maka dengan piston 70 mm (standar Scorpio) dan
stroke standar (57,9 mm), diperoleh angka 222,7 cc atau dibulatkan 225
cc.
Nah, menancapkan piston yang lebih besar 12 mm dari standarnya Byson (58 mm) tentu tak mudah. Langkah pertama boring standar dilepas, ganti lebih besar dengan yang berdiameter luar 74 mm, asumsinya saat piston terpasang tebal boring masih sisa 2 mm, artinya masih kuat untuk harian maupun turing. Mulut crank case tak mengalami ubahan, karena memang sudah besar.
Selanjutnya agar piston bisa bergerak naik-turun di silinder secara aman, bibir atas dipapas 2,5 mm dan sekalian dibikin jenong. Karena saat dibandingkan dengan dipasang pen pistonnya, bawaan Byson lebih tinggi 2,5 mm. Kalau dibiarkan, tentu bakal mentok cylinder head.
Selanjutnya bagian pantat piston dipapas rata, agar tak membentur kruk as saat di TMB. Keuntungan dari pemapasan tersebut, bobot piston jadi berkurang. Sehingga putaran mesin bisa lebih enteng.
Bagian piston belum usai. Lantaran beda ukuran pen (Byson 15 mm, Scorpio 16 mm), maka mesti diakali dengan teknik ngebos. Gabungan antara pen Byson dan Scorpio, “Semua pakai part asli biar kuat,” lanjut pria yang di Nesco menjabat sebagai kepala bengkel ini.
Caranya, mula-mula pen Byson dibubut bagian luarnya sebanyak 0,5 mm. Sehingga membuat diameter luarnya menciut jadi 14 mm. Lalu pada pen Scorpio dibubut bagian dalamnya sehingga menyisakan ketebalan 1 mm. "Gak boleh kurang dari 1 mm, karena rawan pecah," tambah Romi. Selanjutnya, tinggal masukkan deh pen piston Byson ke dalam pen piston Scorpio yang sudah ditipisin jadi 1 mm tadi.
Nah, menancapkan piston yang lebih besar 12 mm dari standarnya Byson (58 mm) tentu tak mudah. Langkah pertama boring standar dilepas, ganti lebih besar dengan yang berdiameter luar 74 mm, asumsinya saat piston terpasang tebal boring masih sisa 2 mm, artinya masih kuat untuk harian maupun turing. Mulut crank case tak mengalami ubahan, karena memang sudah besar.
Selanjutnya agar piston bisa bergerak naik-turun di silinder secara aman, bibir atas dipapas 2,5 mm dan sekalian dibikin jenong. Karena saat dibandingkan dengan dipasang pen pistonnya, bawaan Byson lebih tinggi 2,5 mm. Kalau dibiarkan, tentu bakal mentok cylinder head.
Selanjutnya bagian pantat piston dipapas rata, agar tak membentur kruk as saat di TMB. Keuntungan dari pemapasan tersebut, bobot piston jadi berkurang. Sehingga putaran mesin bisa lebih enteng.
Bagian piston belum usai. Lantaran beda ukuran pen (Byson 15 mm, Scorpio 16 mm), maka mesti diakali dengan teknik ngebos. Gabungan antara pen Byson dan Scorpio, “Semua pakai part asli biar kuat,” lanjut pria yang di Nesco menjabat sebagai kepala bengkel ini.
Caranya, mula-mula pen Byson dibubut bagian luarnya sebanyak 0,5 mm. Sehingga membuat diameter luarnya menciut jadi 14 mm. Lalu pada pen Scorpio dibubut bagian dalamnya sehingga menyisakan ketebalan 1 mm. "Gak boleh kurang dari 1 mm, karena rawan pecah," tambah Romi. Selanjutnya, tinggal masukkan deh pen piston Byson ke dalam pen piston Scorpio yang sudah ditipisin jadi 1 mm tadi.
Pekerjaan berikutnya terkonsentrasi pada cylinder head. Squish dibubut
sesuai diameter piston. Sudutnya dibikin jadi 10ยบ. Kemudian klep
dibesarkan jadi 31 dan 25 mm. “Pakai klep EE,” sambar mekanik yang jadi
anggota SRC (Scorpio Rider Community).
Namun biar gak tabrakan saat overlap, seating klep mesti dibikin lebih mendam. Asyiknya, "Tak perlu ubah sudut klep saat pakai klep lebar itu. Karena konstruksi dudukan klep Byson model silang mirip Honda Karisma," jelasnya.
Trus, pasokan bensin dan udara yang masuk ke ruang bakar dibuat makin melimpah dengan kuncian pada olahan kem. Lift dibikin tinggi. Di mana standarnya hanya 6,1 mm, setelah pucuk kem ditambal lalu dibubut ulang, kini klep mampu terangkat sampai 7,5 mm. Walah.. jadi tinggi banget ya. Sedang per klep Abi masih percaya pada bawaan pabrik.
Gimana dengan pengabut bahan bakarnya? Kalau dilihat sekilas sih, sepertinya standar masih model vakum. Eits.. jangan salah, ternyata sudah ganti milik Scorpio. Pemasangan plek di intake manifold standar, lalu corong karbu diberi semacam pengarah agar pengabutan lebih baik. Wuih.. Pertamax Plus mengalir deras dong!
Giliran komponen pelepas gas buang dipasrahkan pada silencer Jelkevic berbahan karbon. Lehernya tentu saja custom dari bahan stainless steel, karena khusus Byson belum ada. Suaranya yang keluar terdengar cukup lembut lo. Brum-brum...!
Terakhir pengatur pengapian dipercayakan CDI programmable bikinan Cheetah Power (CP), yang bisa diatur dalam 2 pilihan map."Tinggal pilih mana yang paling enak," tandas mekanik berbadan irit ini. Maksudnya disediakan dua versi, mau pilih enak untuk harian atau turing.
Mantap!
Perbesar Kaki-KakiNamun biar gak tabrakan saat overlap, seating klep mesti dibikin lebih mendam. Asyiknya, "Tak perlu ubah sudut klep saat pakai klep lebar itu. Karena konstruksi dudukan klep Byson model silang mirip Honda Karisma," jelasnya.
Trus, pasokan bensin dan udara yang masuk ke ruang bakar dibuat makin melimpah dengan kuncian pada olahan kem. Lift dibikin tinggi. Di mana standarnya hanya 6,1 mm, setelah pucuk kem ditambal lalu dibubut ulang, kini klep mampu terangkat sampai 7,5 mm. Walah.. jadi tinggi banget ya. Sedang per klep Abi masih percaya pada bawaan pabrik.
Gimana dengan pengabut bahan bakarnya? Kalau dilihat sekilas sih, sepertinya standar masih model vakum. Eits.. jangan salah, ternyata sudah ganti milik Scorpio. Pemasangan plek di intake manifold standar, lalu corong karbu diberi semacam pengarah agar pengabutan lebih baik. Wuih.. Pertamax Plus mengalir deras dong!
Giliran komponen pelepas gas buang dipasrahkan pada silencer Jelkevic berbahan karbon. Lehernya tentu saja custom dari bahan stainless steel, karena khusus Byson belum ada. Suaranya yang keluar terdengar cukup lembut lo. Brum-brum...!
Terakhir pengatur pengapian dipercayakan CDI programmable bikinan Cheetah Power (CP), yang bisa diatur dalam 2 pilihan map."Tinggal pilih mana yang paling enak," tandas mekanik berbadan irit ini. Maksudnya disediakan dua versi, mau pilih enak untuk harian atau turing.
Mantap!
Tak hanya performa yang di-upgrade oleh Bang Putu, bodi dan kaki-kaki pun mengalami ubahan. Pertama kaki-kaki diperkekar, swing arm standar digusur limbah Suzuki GSX-750 yang memang terlihat lebih macho. Nah di tengahnya bertengger pelek lokal dengan lebar 4,5 inci, 1 inci lebih lebar dibanding standar.
Selanjutnya pengereman di-upgrade jadi cakram, piringan andalkan Zox yang bibirnya bergelombang, kaliper cukup Nissin. Untuk depan pelek pun lebih lebar (3 inci), cakramnya juga model bergelombang bikinan Zox. Makin mantap dengan kaliper 4 piston dari Brembo.
Gimana dengan bodi? Sektor belakang dirombak ala buntut Ninja 250R, pipih dan lebar dan jadi double seater. Lanjut ke depan, shroud-nya didesain ulang mirip milik V-Ixion. Hanya saja lebih panjang ke bawah. Untuk air scoop modelnya bersusun. “Gabungan dari beberapa desain, disatukan cari yang serasi,” papar Bang Putu.
Finishing keseluruhan dicat kuning, dan diberi stiker kombinasi hitam dan karbon di sepatbor depan, sayap dan tangki. Pengerjaan bagian ini diserahkan pada Evnu Prastowo, dari Thole Motor di Kemayoran, Jakpus.
wew... mantap buanget mas bro...
BalasHapushabis brp itu biayanya?